*Sebuah hipotesis etnografis* Suku bangsa Mandailing merupakan suku bangsa yang mendiami kawasan segitiga perbatasan Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau.
Orang Minang identik dengan Islam, dan Minangkabau identik dengan Kerajaan Pagaruyung.Tetapi menyatunya Islam dengan adat di Minangkabau baru terjadi pada tahun 1650 M, berkat upaya ulama legendaris Syekh Burhanuddin Ulakan. Siapa Syekh Burhanuddin.
Dayak Tunjung, Dayak Benua (Benuaq) dan Kutai merupatkan etnis yang terdapat di Propinsi Kalimantan Timur. Ketiga suku ini berasal dari leluhur yang sama tetapi kemudian terpisah karena perbedaan adat.
Nasution merupakan salah satu marga utama di Mandailing. Merupakan salah satu dari empat marga besar di eks kabupaten Tapanuli Selatan. Ada spekulasi bahwa hanya Siregar yang asli eksodus dari tanah Batak. Sementara Lubis merupakan campuran dengan etnis Lubu, Harahap dari etnis Ulu. Rangkuti, Parinduri dan Mardia dari Minangkabau. Bagaimana riwayatnya etnografis Nasution?
* Sebuah Hipotesis Etnografis * Masyarakat yang mendiami perbatasan Riau dengan Sumatera Barat memiliki budaya yang hampir sama dengan masyarakat Sumatera Barat. Bahasa yang digunakan sama-sama berujung ‘o, ek, eh dan sebagainya yang kalau diperbandingkan persamaan antara bahasa Melayu mereka dengan bahasa Melayu Riau/Johor lebih jauh dibandingkan persamaan dengan bahasa Minangkabau.
Pelepat adalah marga yang terletak di Kabupaten Bungo. Dalam Peta Belanda tahun 1910 disebut Rantau Keloyang. Dalam masyarakat disebut Kampung Kasang, dusun tuo yang ditinggalkan.
Melayu, Minang dan Batak adalah nama tiga etnis yang tinggal di bagian utara bagian barat Sumatera.Arti nama etnis ini bergeser-geser pada setiap zaman sehingga penggunaannya pun kemudian menimbulkan pro kontra.
Suku Kampai merupakan salah satu suku yang memiliki populasi yang cukup besar terutama di Solok Selatan, Pesisir Selatan dan Kampar. Bagaimana suku ini?
Dipercayai turun temurun, nenek moyang orang Mandailing bermarga Lubis adalah Namora Pande Bosi merupakan seorang Bugis yang aslinya bernama Daeng Malela.
Kerajaan Kotapinang didirikan oleh Batara Sinomba yang berhasil mendamaikan perselesihan antara kaum Suku Tombak dan Suku Dasopang.Apa itu suku tombak dan Suku Dasopang?
Suku bangsa Mandailing, Angkola dan Toba pada dasarnya dapat dijadikan rumpun etnis berdasarkan persamaan bahasa. Nama yang sudah umum untuk rumpun tersebut adalah Batak. Tetapi, kemudian muncul Deklarasi Mandailing bukan Batak. Benarkah deklarasi tersebut?
Di Sumatera ada dua suku bangsa yang khas karena memiliki system clan, yakni Batak dengan marganya dan Minang dengan sukunya. Selain persamaan tersebut, etnis yang bersuku memiliki bahasa yang bermiripan, demikian pula dengan etnis yang bermarga. Oleh karenanya, seluruh etnis bersuku diklaim Minang dan seluruh etnis bermarga diklaim Batak. Ada pro kontra di balik itu.
Marga Rangkuti termasuk marga Mandailing yang lebih sedikit dibandingkan marga-marga Mandailing lainnya seperti Lubis dan Nasution. Padahal, mereka bersama-sama marga Pulungan lebih dulu satu abad daripada Marga Lubis dan dua abada daripada Marga Nasution.Bersama-sama Marga Pulungan, merekalah pendiri kerajaan pertama di Tanah Mandailing.
Sebagian kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur yakni Kotapinang, Panai, Bilah, Kualuh dan Asahan menyebutkan leluhur raja-raja mereka adalah Batara Sinomba. Siapa Batara Sinomba?
*Sebuah hipotesis tokoh sejarah* Dewa Syahdan adalah pendiri Kesultanan Langkat, yang bersama-sama Kesultanan Siak, Kesultanan Bulungan dan Kesultanan Kutai Kartanegara merupakan negeri paling makmur di Hindia Belanda. Kesultanan Langkat makmur karena hasil karet dan minyaknya. Tetapi perjalanan sejarah menyebabkan nama kesultanan ini kemudian kalah pamor dengan Kesultanan Deli. Demikian pun, Dewa Syahdan sebagai tokoh sejarah yang pernah besar pada zamannya menjadi terlupakan dan simpang siur.