Suku bangsa Mandailing, Angkola dan Toba pada dasarnya dapat dijadikan rumpun etnis berdasarkan persamaan bahasa. Nama yang sudah umum untuk rumpun tersebut adalah Batak. Tetapi, kemudian muncul Deklarasi Mandailing bukan Batak. Benarkah deklarasi tersebut?
Namun kemudian nama Tapanuli pun dianggap tidak tepat, karena Tapanuli sendiri berarti Tepian yang indah, nama yang sebenarnya hanya tepat untuk suatu kawasan teluk di dekat Sibolga.
Sebuah mitos dianggap merupakan kebenaran mutlak bagi etnis pemilik mitos, tetapi bagi yang di luar etnis tersebut tentu saja hanya merupakan suatu fiksi yang menjadi sesuatu yang tidak masuk akal bagi orang-orang di luar etnis tersebut.
Masyarakat Mandailing dan Angkola terbentuk dari suatu campuran etnis yang beragam, yakni :
Penolakan Kata Batak
Kalau kita mengikuti sejarah, maka yang dipermasalahkan oleh orang Mandailing yang paling utama adalah penggunaan kata Batak.Pada saat pemerintahan Belanda ingin mendirikan daerah administratif di wilayah ini, nama Batak pada mulanya yang ingin digunakan, tetapi ditentang oleh orang-orang Tapanuli selatan. Akhirnya digunakanlah nama Tapanuli yang semula merupakan nama daerah administrasi Inggris.Namun kemudian nama Tapanuli pun dianggap tidak tepat, karena Tapanuli sendiri berarti Tepian yang indah, nama yang sebenarnya hanya tepat untuk suatu kawasan teluk di dekat Sibolga.
Penolakan mitologi Si Raja Batak
Salah satu unsur lain yang menjadi masalah dalam hubungan Mandailing dan Batak adalah mitologi Si Raja Batak. Mitologi pada dasarnya merupakan unsur budaya yang dipercayai kebenarannya oleh pendukung budaya tersebut, tetapi tentu saja tidak di luar etnis tersebut.Sebuah mitos dianggap merupakan kebenaran mutlak bagi etnis pemilik mitos, tetapi bagi yang di luar etnis tersebut tentu saja hanya merupakan suatu fiksi yang menjadi sesuatu yang tidak masuk akal bagi orang-orang di luar etnis tersebut.
Keberagaman Tapanuli
Daerah yang disebut Tapanuli sekarang pada dasarnya semula terdiri dari kesatuan-kesatuan wilayah yang beragam, yang pada dasarnya terdiri dari dua jenis, yakni :- Negeri-negeri adat yang otonom
- Kerajaan-kerajaan yang sudah terstruktur
- Masyarakat yang disebut Batak Angkola sekurang-kurangnya terdiri dari 3 wilayah, yakni Angkola, Sipirok dan Padang Bolak
- Toba dan Samosir dianggap masing-masing merupakan wilayah yang terpisah
Perbedaan Sejarah
Masing-masing wilayah di daerah Tapanuli memiliki sejarah masing-masing yang berbeda. Daerah Tapanuli Selatan, misalnya telah diketahui memiliki pemerintahan terstruktur, yang diantaranya adalah kerajaan-kerajaan besar, mulai dari diduga Kerajaan Panai dan Kerajaan Mandailing.Masyarakat Mandailing dan Angkola terbentuk dari suatu campuran etnis yang beragam, yakni :
- Etnis Melayu Kuna pemilik kerajaan yang mengeluarkan prasasti Panai di Portibi merupakan lapisan pertama, yang sisa-sisanya diduga etnis Lubu/Siladang sebagai pemilik ulayat asal
- Etnis Melayu Batanghari/Batang Barus/Pesisir Selatan sebagai pembangun sistem pertanian dan perdagangan
- Etnis Minangkabau (Agam, Tanah Datar dan Pariaman) sebagai pembangun sistem pertambangan emas
- Etnis Simalungun, Uluan, Silindung,Humbang, Rambe dan sebagainya sebagai pembangun sistem bahasa
Comments